Dear,
hari ini kami melakukan kepindahan lagi. Tahap final = repot -_-
Suami pindah kerja di daerah bintaro. Menurutnya tomang-bintaro jauh untuk ditempuh, apalagi kalau dia harus lembur sampe pagi buta, jarak jauh akan membuat semakin lelah. Setelah cari tau sana sini, diputuskanlah untuk tinggal di titik tengah antara bintaro-PIK = alam sutra.
+Dari situ menuju kantor g di PIK memang mudah. Dari tol ke tol. Kalau lancar cuma 30 menit aja, begitu juga dengan jarak ke kantor suami.
+Harga kontrakan disana jauh lebih murah. Selisih 1, 700an dari sebelumnya.
+Kita merasakan suasana beda. Tidak macet dan tidak dikelilingi gedung-gedung tinggi.
+Mal disini gede-gede, banyak resto dan deket (dengan motor) untuk ke Mc D atau belanja ke supermarket.
-Tapi kendalanya adalah potensi macet di tol yang membuat g mesti berangkat jauh lebih pagi. Sedangkan perjalanan dari alam sutra-bintaro itu sepi, kalau malam khawatir rampok.
-Kita bukan lagi kos, tapi sewa rumah petakan yang unfurnished dan kita ga punya apa-apa. Jadilah bulan pertama sangatlah menguras dompet. Beli sapu sampai beli kompor mesti dilakukan.
-Fasilitas laundry, ac, water heater, tv, internet ga mungkin ada. So, lagi-lagi kita mesti provide satu per satu. Cari layanan internet yang bisa menjangkau daerah sini, membiasakan diri tanpa air panas, membiasakan diri dengan kipas angin instead AC, menimbang-nimbang untuk beli tv dan kulkas.
-Kontrakan disini terdiri dari beberapa puluh pintu artinya kita punya tetangga dan hampir semuanya adalah para ibu bapak anak. Kalau di tempat sebelumnya cuma angkat alis dan narik bibir setiap ketemu tetangga kamar, sekarang mesti ditambahin majuin muka terus bilang, "Misi bu, berangkat kerja bu, bu, bu..." Itu yang simple. Yang lebihnya, nenangga sambil ngobrolin harga cabe dan daging sapi. Oh no, bukan saya banget. Hihii..
Ok lah, intinya harus membiasakan diri tinggal di tempat baru demi bisa menabung lebih banyak. Bismilah.
Final kepindahan hari ini diakhiri dengan haru biru seperti biasa. Meninggalkan kebiasaan selalu menyedihkan, bahkan suami g ikut sedih. Pamitan sama si bibi dan bapak-bapak satpam sambil makan pizza hadiah perpisahan, dan meninggalkan kenangan 3 bulan di tomang. Pas taksi g udah nyampe di alam sutra, g baru inget kalau g juga meninggalkan kursi lipat kecil! waduh, pake acara ketinggalan mesti bolak balik lagi deh -_-. Hadeeuh..
Setelah dihitung-hitung, ini kali ke 4 kalinya saya kebagian repot gara-gara pindah tempat tinggal (lebay):
1. Brunei - Depok
Hahahah..g emang ga lama di Brunei tapi kan suami g yang sudah 1 tahun di Brunei punya segudang barang yang mesti g packing dengan apik dan cermat biar ga repot, jadi tetep aja g kebagian repotnya. Kita mesti milih-milih barang mana yang layak dibawa dan merelakan sebagian barang untuk orang lain aja karena terbatasnya jatah bagasi pesawat. Waktu itu kita sempet ninggalin beberapa barang yang engga muat lagi dibawa seperti gitas the M*** penggorengan martabak yang seberat batu, bola dan beberapa stok cemilan.
Ada kejadian lucu pas kita nimbang bagasi di check in counter Royal Brunei. Sebelum berangkat kita sudah memastikan bawaan bagasi kita tidak boleh lebih dari 40 kg supaya tidak free of charge. Alhamdulillah saat barang kita tumpuk di timbangan airport bagasi kita di angka hampir 40! ternyata itu karena ada barang yang diletakan dengan tidak benar, jadi masih nyangkut di sisi kanan meja. Pas tas tersebut jatuh di tempat yang tepat, timbangan jadi berubah di angka 41 lewat! Tapi untungnya si mbak counter nya tidak lihat :D
2. Depok - Grogol
Hahaha..kita kan penganten baru dan belum sempat beli barang-barang karena sebelum nikah sempet berencana tinggal di Brunei. Jadi pas pindahan ini kita cuma packing baju-baju layaknya mau nginap, ya iyalah kaga punya apa-apa. Pindahan juga masih dibantu sama si bapak, jadi beberapa tas dibawa dengan mobil. Seiring berjalannya waktu, kita menyadari kalau kita ga mungkin menyimpan baju terus di koper, jadi mesti beli cabinet (tetep lho kekeuh ga mau punya lemari karna yakin akan pindah lagi), container, rice cooker, dan lain-lain. Intinya disini lah kita mulai nyicil beli barang-barang yang kecil-kecil.
3. Grogol - Tomang.
Kepindahan ke Tomang disertai dengan suasana melankolis. Hhahaha..Soalnya g udah anggep si kakaknya papa di Grogol itu sebagai ibu sendiri, jadi berpisah adalah hal yang menyedihkan. *padahal tempat baru kita cuma terpisah jalur Transjakarta :P. Kos kita di Tomang itu adalah kos eksklusif saudara2, harganya aja sekian juta sebulan. Yang g suka dari tempat ini adalah sudah full furnished, ga cuma ada kamar mandi dalam, tv dan ac, tapi kamarnya dilengkapi dengan drawer dan cabinet jadi pas banget buat naro macem-macem. Masalahnya adalah kita udah terlanjur punya cabinet dan container! Ga mungkin banget ini barang ditaro di kamar yang sempit :( Terpaksa barang itu kita tinggal pas pindahan. Berhubung lokasi berdekatan, kita pindahan dengan motor! Pindahan final baru dengan taksi.
4. Tomang-Alam Sutra
Seperti yang g udah bilang di atas, pindahan ini diakibatkan oleh suami g yang seenak jidatnya pindah kantor. Berhubung barang kita semakin banyak, pindahan dilaksanakan bertahap dengan taksi berangkat dan pulang kantor. Jadi barang pindahan seperti cabinet, baju, container, alat masak sempet g transit kan dulu di kantor lalu loading lagi ke taksi pulang. Kurang lebih dalam 1 bulan, barang kita rampung. Kelamaan ya? Ya iyalah, karena kita mood2n pindahnya.
Entah berapa lama kita akan berada di tempat ini, bismillah aja ya :)